Senin, 14 Desember 2009

Mendirikan Balai di Hutan

Kembali pada cerita para santri, yang membawa balok-balok kayu jati, untuk membuat kraton dan masjid Demak. Konon perjalanan tidak dilakukan melalui sungai saja, tetapi juga ada yang dibawa melalui darat. Pekerjaan dilakukan secara estafet, dari tempat satu menuju tempat berikutnya. Perjalanan tersebut lewat juga di desa Kuwaron sekarang ini, yang waktu itu masih wujud hutan. Berbulan-bulan para santri berada di daerah Kuwaron, yang akhirnya mereka mendirikan balai besar untuk istirahat dan melaksanakan sholat. Disamping membuat balai besar, para santri juga membuat kolam tempat wudlu. Letak kolam berada di belakang balai besar, yang dindingnya diberi srumbung (anyaman bambu).
Pada tiap malam, para santri berkumpul di balai. sambil bercerita tentang pengalaman yang didapatkan hari itu. Ada yang hanya tiduran sambil mendengarkan temannya, yang sedang melantunkan tembang-tembang Jawa.
Syahdan setelah balok-balok kayu selesai diusung, para santri itupun menyusun dan mengikatnya menjadi rakit. Setelah selesai dikerjakan, rakit itu dihanyutkan melalui sungai Tuntang menuju Demak.
Sepeninggal para santri, balai besar yang pernah dijadikan tempat tinggal itu kosong. Bertahun-tahun lamanya tidak ada yang menempati, sehingga atapnya penuh tanaman hutan yang menjalar. Di sekelilingnya banyak ditumbuhi semak belukar, sehingga menutupi bangunan balai besar. Karena bambu yang dijadikan srumbung sudah lapuk, sehingga tanah di pinggir kolam longsor.
Konon cerita rombongan mbah Dermo yang sedang mengungsi, telah menemukan balai besar itu. Secara gotong-royong tempat tersebut dibersihkan, kolam srumbung yang longsor diperbaiki. Setelah balai besar menjadi bersih, maka rombongan tinggal di balai besar itu.
Sekarang kolam srumbung itu sudah berubah menjadi sumur biasa. Letak sumur bekas kolam srumbung, sekarang berada di sebelah tenggara masjid besar Kuwaron atau tepatnya di belakang rumah Bapak Achmadi. Walau sudah menjadi sumur biasa, tetapi penduduk masih menyebut dengan nama sumur srumbung.


Menurut cerita sumur tersebut pernah menunjukkan keajaiban. Konon ketika desa Kuwaron dilanda musim kemarau panjang, air sumur milik penduduk setempat mengalami kekeringan. Penduduk datang ke sumur srumbung, yang airnya hampir sampai ke permukaan tanah. Walau penduduk desa mengambilnya airnya,  tetapi air dalam sumur tidak habis. Permukaan air sumur tidak menunjukkan penurunan, bahkan seperti tidak pernah diambil airnya saja.
Sebagai bukti bahwa dulu desa Kuwaron merupakan kawasan hutan lebat, antara lain telah ditemukan sebatang kayu jati besar tertimbun tanah. Hal itu terjadi pada tahun 1990, ketika seorang penduduk menggali tanah untuk dibuat sumur. Ketika galian mencapai 4 m, cangkulnya membentur benda keras. Setelah diamat-amati, ternyata benda itu batang kayu jati besar. Dengan dibantu beberapa orang tetangga, kayu jati diangkat naik ke permukaan tanah. Setelah dipotong-potong, ternyata dapat digunakan membuat sebuah rumah cukup besar.

0 komentar: