Sabtu, 12 Desember 2009

Kyai Makidin

Sebelum Kyai Siradjudin berangkat menuju ke pedukuhan Ngroto untuk mengikuti kehendak Ki Demang Khamidin, diserahkannya pimpinan pondok pesantren pedukuhan Kuwaron kepada Kyai Makidin. Dipesannya pula agar pondok tersebut dikelola dengan baik, agar kelak para santri tamatan pondok pesantren itu dapat menyebarkan ilmu agama yang dipelajarinya di daerah-tempat asalnya. Setelah memberi pesan kepada Kyai Makidin, berangkatlah Kyai Siradjudin mengikuti Ki Demang Khamidin menuju ke pedukuhan Ngroto. Ternyata tidak keliru bila Kyai Siradjudin memilih Kyai Makidin, untuk menggantikannya menjadi pimpinan pondok dan imam masjid. Kelebihan yang dimiliki Kyai Khamidin, disamping beliau pandai dalam ilmu agama juga sabar dalam mengajar mengaji kepada para santri. Karena itu semakin banyak para santri datang ke pondok pesantren pedukuhan Kuwaron, untuk belajar mengaji dan mendalami ilmu agama di sana.
Kyai Makidin menikah dengan putri seorang ulama pedukuhan Kuwaron, yang dari pernikahannya itu beliau mempunyai 3 orang putra bernama Munodo, Nasiyah, dan Mar’ah. Konon menurut cerita bahwa disamping beliau menikah dengan istri berwujud manusia, juga menikah dengan Jim wanita. Dari istrinya yang berwujud Jim, beliau menurunkan dua orang putra bernama Darimin dan Mariyah. Karena kedua putra itu menuruni sifat ibunya yang seorang jim, keduanya juga tidak akan tampak oleh mata orang biasa. Agar dapat berguna untuk kepentingan masyarakat pedukuhan Kuwaron, Kyai Makidin memberi tugas kedua putranya itu untuk menjaga keamanan pedukuhan Kuwaron. Konon putranya yang bernama Darimin diberi tugas menjaga keamanan masjid pedukuhan Kuwaron, sedang Mariyah diberi tugas menjaga keamanan dan ketentraman pedukuhan Kuwaron. Sampai sekarang masih dipercaya masyarakat desa Kuwaron, bahwa masjid Kuwaron dijaga oleh Mbah Darimin. Bahkan menurut cerita masyarakat desa Kuwaron, bahwa beliau akan marah bila melihat orang berlaku tidak sopan di dalam masjid. Konon waktu dulu beliau sering menampakkan diri duduk di serambi masjid, sehingga orang yang melihat akan lari ketakutan. Bahkan sering terjadi pada orang yang tidur diserambi masjid, telah dipindahkan ke pinggir kuburan yang terletak di sebelah Utara masjid Kuwaron. Hal itu dilakukan oleh beliau, karena orang tersebut telah bertingkah laku dan berbicara kurang sopan di dalam masjid.
Adapun Mbah Mariyah mendapat tugas menjaga ketentraman pedukuhan Kuwaron, dan sekarang ini berada di punden sawah desa setempat. Letak punden tersebut sekarang ini, berada di perbatasan desa Kuwaron dengan desa Kunjeng. Menurut cerita masyarakat desa Kuwaron, bahwa punden tersebut sampai sekarang masih menunjukkan adanya keanehan. Sebagai bentuk keanehan yang terjadi, bila pematang sawah yang melengkung di dekat punden diluruskan maka pada keesokan harinya akan kembali melengkung lagi.
Konon Mbah Darimin yang mendapat tugas menjaga masjid pedukuhan Kuwaron, kawin dengan sesama bangsa Jim juga. Dari hasil perkawinannya itu beliau mempunyai dua orang putra, bernama Dariman dan Darmi. Seperti wujud yang dimiliki kedua orang tuanya, keduanya juga berwujud jim yang tidak dapat dilihat mata orang biasa. Keduanya juga mengikuti jejak orang tuanya, sebagai penunggu masjid pedukuhan Kuwaron sampai sekarang. Tetapi sekarang ini, Mbah Darimin dan putra-putranya sudah tidak pernah menampakkan diri lagi. Mungkin hal ini disebabkan pada malam hari di lingkungan masjid sudah diterangi lampu listrik, sehingga untuk keamanan masjid tidak diperlukan lagi. Dengan adanya lingkungan masjid yang terang benderang, tidak ada lagi orang berbuat tidak sopan ketika berada di masjid. Percaya atau tidak tentang hal ini, wa llahu a’llam bish shawab.

Kyai Makidin wafat dalam usia tua. Oleh para warga pedukuhan, jenazahnya dimakamkan di belakang balai besar yang dulu dibuat para santri Sunan kalijaga. Adapun sekarang, letak makam tersebut berada di sebelah utara masjid desa Kuwaron. Walaupun tempat tersebut sudah menjadi makam umum, tetapi beliaulah yang pertamakali dimakamkan di tempat itu. Makam umum waktu dulu, adalah di sebelah Timur laut (±300 meter) dari masjid Kuwaron sekarang.

0 komentar: