Asal Mula Desa Tanggung
Kembali
pada rombongan para santri, yang melakukan perjalanan pulang ke Demak. Baru
saja keluar dari dukuh Sugihmanik, telah terhalang sungai yang mengalir deras. Terpaksa
rombongan harus menyeberang sungai, sambil membawa beban sirap yang berat. Ketika
rombongan berhasil menyeberang, ternyata ada seorang santri yang sakit dan akhirnya
meninggal dunia. Rombongan terpaksa berhenti, untuk merawat jenazah temannya.
Pada waktu itu terjadi perdebatan oleh para santri, untuk memakamkan jenazah
temannya. Ada yang menginginkan dimakamkan di pinggir sungai, ada yang
menghendaki dimakamkan di dukuh Sugihmanik. Tetapi kebanyakan menghendaki, agar
jenazah dibawa ke Demak untuk dimakamkan disana.
Memang
yang paling baik adalah memakamkan jenazah itu di dukuh Sugihmanik, tetapi mereka
merasa tanggung bila harus kembali ke dukuh itu. Konon setelah daerah tempat santri
yang meninggal dunia menjadi dukuh, oleh masyarakat diberi nama Tanggung.
Nama itu diambil dari kata mertanggung (bahasa Jawa), yang akhirnya menjadi
Tanggung. Dukuh Tanggung berkembang menjadi desa, dan akhirnya menjadi ibu kota
kecamatan Tanggungharjo yang membawahi desa Tanggungharjo, Brabo, Padang,
Sugihmanik, Ringinpitu, Kaliwenang, Mrisi, Kapung dan yang terakhir adalah Ngambakrejo.
Sedang sungai yang dulu pernah diseberangi para santri, sekarang menjadi tapal
batas desa Sugihmanik dengan Tanggungharjo. Karena dulu ketika di tempat itu
para santri merasa sudah berada di tengah perjalanan, maka sungai tersebut
kemudian diberi nama Kali Tengah.
Syahdan
perjalanan ke Demak diteruskan lagi, dengan membawa jenazah temannya yang
meninggal dunia. Konon menurut cerita ketika iring-iringan sampai di suatu
tempat, santri yang membawa jenazah minta untuk digantikan. Tetapi tidak ada
seorangpun santri yang bersedia menggantikan, karena sudah merasa berat membawa
bebannya sendiri. Jenazah santri itu kemudian diletakkan di pinggir jalan, dan
tidak ada seorangpun mau mengangkat. Semua menjadi bingung, karena tidak bisa
memecahkan masalah itu. Konon tempat itu akhirnya menjadi pedukuhan, yang oleh
penduduk setempat diberi nama ”pedukuhan Bebelan”. Nama tersebut diambil
dari kata bebel (Jawa), karena dulu para santri merasa kebingungan dan tidak
bisa memecahkan permasalahan.
Sunan
Kalijaga kemudian mengambil keputusan. Beliau memberi perintah para santri, untuk memakamkan jenazah
temannya di daerah itu. Beliau minta agar jenasah dimakamkan di suatu tempat,
yang dapat dilihat oleh orang yang lewat. Hal tersebut memang perlu dilakukan, dengan
tujuan agar besok ada orang yang mau merawat makam santri itu.
Pada
suatu hari datang seorang penggembala kerbau ke tempat santri itu dimakamkan. Karena
tahu makam santri Sunan Kalijaga, dengan suka rela dirawatnya makam tersebut.
Karena tidak tahu nama santri yang meninggal dunia, maka oleh penggembala
kerbau diberinya nama ”Makam Santri”.
Konon
setelah penggembala kerbau tersebut merawat makam santri itu, kehidupannya
mengalami perubahan yang sangat pesat. Kerbau yang digembalakan menjadi bertambah
banyak, dan kehidupan rumah tangganya menjadi kecukupan. Ternyata apa yang
dilakukan penggembala kerbau itu ditiru penduduk, yang bertempat tinggal di
sekitar makam santri. Mereka datang dan ikut merawat makam santri itu, yang dilanjutkan
dengan berdoa untuk memohon kepada Allah SWT agar diberi keselamatan serta kehidupan
yang cukup.
Konon
setelah datang beberapa kali dan berdoa di makam santri, rezekinya menjadi semakin bertambah. Kabar kejadian
itu akhirnya berkembang ke daerah lain, sehingga semakin banyak orang percaya
dan datang berkunjung serta berdoa di makam santri. Hingga sekarang masih banyak
orang luar daerah, datang mengunjungi makam santri itu.
Menurut
keterangan juru kunci makam santri, bahwa hari baik untuk melaksanakan niat di
tempat itu pada malam Jum’at Wage. Adapun mengapa hari itu dikatakan sebagai
hari baik untuk melaksanakan niat ?. Sayang juru kunci tidak dapat menjelaskan,
karena dia hanya mendapat pesan dari pendahulunya. Adapun letak Makam Santri
atau Makam Mbah Santri sekarang ini, berada di pedukuhan Tlogotanjung desa Tlogorejo,
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.
0 komentar:
Posting Komentar